Sendratari


DESKRIPSI ANALISIS GERAK DAN TARI
Sendaratari Ramayana
“Satyasih Hanuman”



OLEH:
 Ni Luh Dian Arista Dewi
201001005
Seni Tari




INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
2012/20113


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Asung Kertha Wara Nugraha-NYA penulis dapat menyelesaikan Paper ini tepat pada waktunya. Tema yang diangkat dari Paper ini adalah Sendratari Ramayana “Satyasih Hanuman”. Sumber referensi paper ini adalah pengamatan sendiri yang dilakukan oleh penulis dan juga dari situs internet.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyusunan paper ini baik langsung maupun tidak langsung. Harapan lebih penulis paper ini dapat memenuhi persyaratan tugas Deskripsi Analisis Gerak dan Tari sesuai dengan apa yang harus diangkat dan dibahas dalam Paper.




                                                                                              Denpasar,   Februari 2011


                                                                                                             Penulis,





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI ………………………………………………...……………………………
iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………
1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………..
1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………….
1

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………....
2

1.4 Manfaat ……………………………………………………………………………..
2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………
3

2.1 Asal mula dan Perkembangan Sendratari ..................................................................
3

2.2 Deskripsi dan Analisis Sendratari Ramayana “Satyasih Hanuman” ……….............
6
BAB III PENUTUP ……………………...……………….……………………………….
11
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..
11
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................
12

                                                                       BAB I
                                                              PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Bali adalah sebuah pulau di Indonesia yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok dengan Ibukota provinsinya ialah Denpasar. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budaya, berupa tarian. Tari Bali merupakan suatu cabang seni pertunjukan yang mengandung serta dijiwai oleh nilai budaya Hindu – Bali.
Di dalam masyarakat Bali hingga kini terdapat berbagai jenis tari – tarian lepas yang banyak diminati oleh masyarakat Bali maupun luar Bali. Seiring dengan berjalannya waktu, seniman menciptakan seni drama tari (Sendratari) yang pada awal mulanya diciptakan bukan untuk seni profan. Seni Tari dalam kurun waktu yang cukup panjang, telah mengalami berbagai perubahan yang menyangkut isi, bentuk, dan tata penyajian kesenian itu sendiri, terjadi karena para seniman secara sadar, kreatif, dan terus menerus memasukkan ide – ide baru kedalam kesenian mereka. Dalam paper ini akan dibahas mengenai salah satu sendratari yang ada di Bali yaitu sendratari Ramayana.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.    Bagaimana perkembangan Sendratari?
2.    Bagaimana Deskripsi dan analisis Sendratari Ramayana?

1.3    Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah
1.    Untuk memenuhi tugas Deskripsi dan analisis Tari
2.    Untuk mengetahui perkembangan Sendratari
3.    Untuk mendeskripsikan Sendratari Ramayana
4.    Menambah wawasan dan pengetahuan

1.4    Manfaat
1.    Kita dapat mengetahui perkembangan Sendratari khususnya di Bali
2.    Kita dapat mengetahui tentang Sendratari Ramayana
3.    Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pertumbuhan Sendratari Ramayana


                                                                            BAB II
                                                                    PEMBAHASAN

2.1.     Asal mula dan Perkembangan Sendratari
          Di samping tari-tarian lepas, sejak sekitar tahun 1960 para pencipta tari di Bali juga telah menghasilkan sejumlah Seni Drama Tari (Sendratari). Drama dan tari tidak dapat dipisahkan. Keduanya seperti dua warna permukaan daun sirih, sama-sama mengandung rasa dan aroma yang tidak berbeda. Budaya Bali memiliki banyak sekali ragam kesenian Drama dan Tari. Ini menunjukkan bahwa budaya kita sangat beradab. Drama dan tari penuh dengan simbol-simbol. Baik simbol dari kehidupan nyata maupun simbol kehidupan alam lain dan mimpi-mimpi. Hanya peradaban manusia yang mengerti arti simbol. Simbolisme yang digambarkan oleh para seniman drama dan tari di Bali sangat komunikatif. Tidak hanya menghibur hati, tetapi dapat memberikan pedoman yang mudah dicerna tentang benar dan salah, tentang baik dan buruk. Drama dan tari tidak hanya menghubungkan nalar dan rasa antar manusia, tetapi juga menghubungkan alam sekala dan niskala manusia secara harmonis dan estetis. Mengalir terus dipenuhi dengan inovasi baru yang tak pernah terbendung. Sendratari pada hakekatnya adalah hasil kreativitas para seniman modern melalui pengolahan kembali elemen-elemen seni dan bentuk-bentuk kebudayaan yang sudah ada. Sendratari diatur sedemikian rupa hingga membentuk serangkaian tarian yang sesuai dengan cerita yang dibawakan. Sebagaimana halnya di Jawa di mana sendratari dibentuk oleh unsur-unsur Wayang Wong dan Wayang Kulit, di Bali sendratari di bentuk dengan memadukan unsur-unsur Pewayangan, Pegambuhan, Pelegongan dan Kekebyaran.
Para ahli dan pengamat seni di Indonesia percaya bahwa istilah Sendratari pertama kali dipergunakan oleh almarhum Anjar Asmara, seorang tokoh seni pentas, sastra dan film. Dikatakan pula bahwa sendratari pertama (sendratari Ramayana) diciptakan oleh Letnan Jendral C P.H Djitikusumo pada tahun 1961. Semula, sendratari diciptakan sebagai suatu tontonan alternatif bagi para wisatawaan, bukan untuk tontonan lokal, namun pada akhirnya seni kreasi baru ini ternyata sangat digemari oleh masyaraakat setempat. Hal ini terbukti dari lahirnya sendratari – sendratari yang lain di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali.
Para ahli dan pengamat seni di Bali sepakat bahwa pencipta sendratari pertama adalah I Wayan Beratha, guru tari dan tabuh pada Konservatori Karawitan (Kokar) Bali di Denpasar (kemudian berubah SMKI dan sekarang menjadi SMK Negeri 3 Sukawati). Pertumbuhan sendratari di Bali, diawali dengan karya yang menampilkan lakon dari cerita rakyat Bali - Jayaprana. Beberapa tahun kemudian, muncul sendratari-sendratari yang melakonkan babad/ sejarah Bali, serta cerita-cerita rakyat dari luar namun cukup dikenal dikalangan masyarakat Bali. Kelahiran tarian berlakon atau dramatari modern ini mendapat sambutan yang cukup hangat dari kalangan masyarakat luas. Kenyataan ini mendorong I Wayan Beratha untuk menciptakan sendratari lainnya. Sendratari kedua yang diciptakannya adalah sendratari Ramayana yang pertama kali dipentaskan pada tahun 1965 yaitu untuk memperingati hari ulang tahun ke V KOKAR Bali di Denpasar.
Dalam kedua sendratarinya ini (Jayaprana dan Ramayana), I Wayan Beratha masih tetap konsisten dalam konsepnya semula yaitu menyajikan sebuah cerita atau lakon melalui tari dan karawitan. Peranan narasi masih sebatas memberikan penekaanan dramatik bagi adegan – adegan yang terjadi di atas pentas. Namun seiring dengan berjalannya waktu bahwa dalam pementasan sendratari tersebut peranan dalang nampak dominan bahkan melebihi apa yang terjadi pada masa – masa sebelumnya.
Berdasarkan jumlah penarinya, sendratari – sendratari yang ada di Bali kiranya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sendratari kecil dan sendratari besar atau kolosal. Sendratari kecil pada umumnya dibawakan oleh antara 10 sampai 25 orang penari, sedangkan pada sendratari besar atau kolosal melibatkan antara 50 sampai 150 orang penari seperti pada sendratari yang ditampilkan dalam acara PKB. Berdasarkan sumber lakonnya, sendratari Bali dapat dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu :
1.    Sendratari lakon Babad dan Cerita rakyat
2.    Sendratari Lakon Ramayana
3.    Sendratari Lakon Mahabarata
         Semenjak berlangsungnya PKB, sendratari mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga berkembang ke pelosok pedesaan dan mampu menarik perhatian masyarakat. Lewat pengembangan konsep sendratari yang digagas oleh I Wayan Beratha sekaligus pencipta seni drama tari Bali mampu menjadikan aktifitas seni tahunan Pulau Dewata itu dikenal masyarakat luar, baik dalam maupun manca negara. Dalam sendratari dewasa ini telah mengalami pergeseran fungsi yaitu peranan dalang nampak lebih dominan. Dimana yang dulunya peranan narasi masih sebatas memberikan penekanan dramatik bagi adegan – adegan yang terjadi diatas pentas, namun seiring perkembangnnya seolah – olah dalang (narasi) yang menggerakkan penari, tidak lagi bersifat sebagai pendukung. Dalam perkembangannya sejauh ini, tentu saja terdapat beberapa perubahan atau modifikasi sendratari agar fleksibel dan dapat diterima oleh sejumlah besar kalangan. Namun, sejauh apa perubahan tersebut agar ciri khas Sendratari ini dapat dipertahankan sebagai karya asli anak bangsa agaknya masih kurang diperhatikan. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, maka Pemerintah Daerah setempat menyadari pentingnya melestarikan budaya khas Bali ini. Pemerintah Daerah memutuskan untuk menjadikan seni drama tari sebagai salah satu program dalam channel televisi lokal Bali, "Bali TV",  sehingga seni drama tari tak hanya dapat disaksikan secara langsung melainkan juga dapat dilihat dalam program televisi yang dapat diakses lebih mudah oleh orang banyak.Oleh karena kecintaan masyarakat Bali pada cerita rakyat semi-sejarah ini sehingga kebudayaan ini tak hilang begitu saja di tengah maraknya hiburan televisi lainnya. Tidak hanya di daerah asalnya (Bali), sendratari juga ditampilkan di manca negara untuk memperkenalkan kekayaan budaya pada masyarakat luar.
Sejalan dengan perkembangannya, Sendratari telah disebarluaskan oleh banyak seniman yang mencoba melestarikan budaya Bali pada khususnya. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut Sendratari, seperti halnya bentuk kebudayaan lain yang mengglobal, perlu mengalami perubahan atau modifikasi di beberapa bagian agar dapat diterima oleh lebih banyak orang. Rentang toleransi untuk ruang improvisasi seniman dalam mengembangkan suatu seni budaya memang tak memiliki batasan tertentu, namun sangatlah bijak jika perubahan yang dilakukan tetap mempertimbangkan unsur yang menjadi ciri khas Sendratari. Seni drama tari ini memang sangat berpotensi dan sayang jika dibiarkan tak berkembang, maka tak salah juga jika para seniman yang hendak mengembangkan dan memperkenalkan kebudayaan Bali pada masyarakat luas melakukan improvisasi atau perubahan yang dirasa diperlukan untuk tujuan tersebut. Keadaan ini menimbulkan dilema bagaimana karya seni ini mampu berkembang dengan perubahan dalam isinya namun tak menghilangkan karakteristik yang menjadi ciri khas-nya.
           Sendratari juga mengalami perkembangan di dunia pariwisata yaitu mampu mempengaruhi peningkatan kunjungan wisatawan dan sendratari menjadi salah satu kesenian yang sangat digemari oleh wisatawan mancanegara. Keberadaan pertunjukan Sendratari juga bisa memiliki kemampuan positif bagai generasi penerus dapat memanfaatkan pagelaran sendratari ini sebagai media untuk memupuk pengetahuan tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam makna cerita atau lakon sendratari tersebut. Selain itu, secara visual dapat memberikan inspirasi terhadap perkembangan seni gerak tari baik dengan gaya tradisional dan tidak menutup kemungkinan untuk berkreasi dalan seni gerak kontemporer. 

2.2.    Deskripsi dan Analisis Sendratari Ramayana
                 Sendratari Ramayana merupakan Sendratari kedua yang diciptakannya oleh I Wayan Beratha  dan pertama kali dipentaskan pada tahun 1965 yaitu untuk memperingati hari ulang tahun ke V KOKAR Bali di Denpasar. Ada dua jenis sendratari Ramayana yaitu kecil dan besar yang pernah ada di Bali. Sendratari Ramayana kecil yang biasanya disebut “Ramayana Ballet” mempunyai durasi pentas sekitar satu jam dan dimainkan oleh antara 11 sampai 20 orang penari. Kisah yang dibawakan merupakan cuplikan dari bagian – bagian ceritra Ramayana yang tersebar di dalam 7 kanda, dimulai dari diculiknya Dewi Sita oleh Rahwana dan berakhir dengan gugurnya raja Alengka ini. Sendratari Ramayana besar yang biasa disebut sebagai sendratari Ramayana kolosal adalah yang berdurasi sekitar 2 – 3 jam dengan pendukung yang berjumlah ratusan orang, dengan melibatkan sedikitnya 2 buah barung gamelan. Sendratari ini biasanya difokuskan pada satu dari ketujuh kanda yang ada dalam kisah Ramayana.

a.    Ramayana Kecil ( Ramayana Ballet)
Sendratari ini adalah karya I Wayan Beratha yang diciptakan pada tahun 1965. Sendratari ini banyak memakai busana Pewayangan Bali dengan pengolahan pada beberapa bagiannya. Cerita yang diambil dalam sendratari Ramayana ini biasanya bermula dari pengembaraan Rama, Sita dan Laksmana di tengah hutan Dandaka, munculnya kijang emas, dilarikannya Sita oleh Rahwana, perang Rahwana dengan Jatayu, Hanoman menghadap Rama, Hanomandiutus ke Alengka dan berakhir dengan kembalinya Dewi Sita kepada Rama. Selain diiringi dengan Gong Kebyar sendratari ini juga dilengkapi dengan gerong dan tandak oleh dalang.

b.    Sendratari Ramayana besar ( Ramayana Kolosal)
Di bawah ini adalah cerita ringkas dari ketujuh bagian atau kanda yang pernah disendratarikan selama bertahun-tahun awal dari Pesta kesenian Bali (antara tahun 1979 sampai sekarang). Semua kanda yang telah digarap itu adalah: Bala Kanda, Ayodya Kanda, Yudha Kanda, dan Uttara Kanda. Di samping itu, telah pula digarap beberapa ceritra carangan seperti Arjuna Sasrabahu, Anggada Duta dan lain-lain.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, menurut jenisnya sendratari dibagi menjadi dua yaitu sendratari kecil dan besar (kolosal). Dalam paper ini akan membahas sendratri Ramayana Ballet yang berjudul “Satyasih Hanuman”. Babak pertama pada sendratari tersebut di awali dengan keluarnya penari monyet, Hanuman dengan gerak – gerak yang sangat lincah serta menggambarkan suasana yang riang gembira. Dalam suasana tersebuat muncullah Subali dan Sugriwa yang dalam keadaan berkelahi serta keluar penari Rama dan Laksmana. Tidak ada yang bisa melerai pertengkaran dua saudara tersebut. Akhirnya Rama mengambil panah dan memanah salah satunya. Panah tersebut mengenai Subali, dalam adegan tersebut terdapat suasana sedih dan akhirnya Subali meninggal. Mayatnya diangkat oleh monyet – monyet dan semua penari meninggalkan panggung pementasan. Babak kedua menceritakan kesedihan Sita yang selanjutnya di hibur oleh Trijata dan dayang – dayang. Dalam pertengahan keluar penari Rahwana dengan gerak – gerak yang menggambarkan kewibawaan seorang pemimpin. Dayang – dayang dan Trijata menghalangi Rahwana untuk memaksa Sita dan akhirnya Rahwana meninggalkan pentas. Selanjutnya keluar penari Hanuman dengan membawa cincin dari Rama agar di berikan kepada Sita, begitu pula Sita memberikan bunga mas kepada Hanuman sebagai tanda bahwa Hanuman sudah bertemu dengan Sita. Selanjutnya adalah perkelahian Hanuman dengan para Raksasa dan Hanuman meninggalkan Alengka. Penari Rahwana keluar dengan gerak yang mencirikan kewibawaannya. Babak ketiga menceritakan pasukan Hanuman, Rama, Laksmana dan Sugriwa yang akan ke Alengka. Mereka membuat jembatan dengan bantuan monyet – monyet tersebut akhirnya mereka sampai di Alengka dan bertemu dengan pasukan Rahwana, terjadi perkelahian antara dua pasukan tersebut. Pada akhirnya pasukan Rama menang dan rama bisa bersatu dengan Sita. Dalam pembahasan selanjutnya akan dipaparkan mengenai karakter  tokoh yang ada dalam sendratari Ramayana ini yaitu:
1. Rama : dalam tokoh Rama mempunyai sifat yang bijaksana, lemah lembut, sabar, jujur      serta menjunjung tinggi darma.
2. Laksmana : dalam tokoh Laksmana mempunyai sifat yang setia menemani kemanapun sang kakak pergi, ksatria
3. Sita : mempunyai sifat menjunjung tinggi kesetiaannya kepada suaminya, lemah lembut
4. Hanoman : mempunyai sifat berjiwa kepahlawanan / ksatria, pemberani, kuat
5. Rahwana : mempunyai sifat yang egois, jahat, agkara murka, dan ingin memiliki segalanya.
6. Trijata : mempunyai sifat yang baik walaupun wujudnya seperti raksasa, serta dia menjunjung tinggi dharma.
7. Subali : kuat, enerjik, lincah, keras
8. Sugriwa : kuat, enerjik, lincah, keras
9. Monyet : mempunyai karakter yang lincah dan mau membantu Rama untuk menyelamatkan Sita.
10. Dayang – dayang : mempunyai karakter yang bisa membuat suasana gembira
11. Raksasa : mempunyai karakter yang keras, jahat sebagai pengikut/anak buah Rahwana

    Selain tubuh/badan yang menjadi unsur penting dalam sebuah tarian, gerak merupakan bagian yang penting dan tidak boleh dilupakan. Sesuai dengan pembahasan diatas, penulis akan memaparkan gerak – gerak yang menjadi ciri khas tokoh dalam sendratari ini:
1.    Gerak monyet : lincah, dominan gerak melompat, berputar, nyiksik bulu dan gerak loncat.
Menurut pengamatan penulis, gerak – gerak tersebut diambil atau terinspirasi dari gerak – gerak keseharian monyet yaitu ada gerak loncat – loncat, berputar, nyiksik bulu, mereka bergerak begitu lincah dan riang gembira. Dalam adegan ini menggambarkan suasana gembira dimana monyet – monyet itu saling bercengkrama dan bercanda antara satu dengan yang lainnya.

2.    Hanuman : lincah, dominan gerak melompat, dominan gerak tangan yang di ikuti kepala dan    kaki, berputar.
Sama halnya dengan gerak – gerak yang terdapat pada gerak monyet, gerak pada tokoh Hanuman ini juga kebanyakan loncat – loncat dan berputar. Dan terdapat pula gerak yang dominan yaitu gerak tangan seperti nayog yang digerakkan berulang – ulang serta di ikuti oleh gerak kepala dan kaki. Diaman gerakan tersebut memberikan ciri khas tersendiri dari tokoh Hanoman. Satu hal lagi yang menjadi ciri khas dari tokoh itu adalah penempatan posisi kaki yang agak lebar dan untuk mencapai hal tersebut butuh latihan yang benar – benar serius dan tekun. Tidak banyak orang yang dapat menarikan tokoh Hanuman dengan baik. Selain itu juga perlu kelincahan dan stamina/energi yang benar – benar kuat. Beberapa geraknya hampir menyerupai gerak – gerak pada tari Jawa.

3. Rama : dalam sendratari ini dominan gerak berjalan, terdapat pula gerak mekelies, ulap – ulap, nabdab gelung, nuding
    Sesuai dengan karakter Rama yang bijaksana, lemah lembut, gerak – gerak dalam sendratari ini diambil dari karakter tersebut. Semua gerak tersebut disesuaikan dengan karakter Rama dan menggambarkan rasa sedih karena istrinya berada di tangan raksasa yang jahat.

4. Laksmana : gerak pada tokoh Laksmana ini hampir sama dengan Rama yaitu terdapat gerak mekelies, ulap – ulap dan berjalan.
    Laksmana sangat setia kepada Rama, dia selalu ikut kemanapun Rama pergi. Gerak – gerak pada sendratari ini terinspirasi dari karakter Laksmana. Gerak tersebut menggambarkan rasa sedih juga karena Laksmana tidak dapat melindungi Sita.
5.Sita : ulap – ulap, nyeleog, ngotes, berjalan dan tetangisan
    Gerak tetangisan banyak dipakai saat Sita sedang bersedih dan gerak tersebut dipakai untuk menggungkapkan kesedihan Sita. Gerak ngotes dipakai pada saat Rahwana sedang merayu Sita yang dimana gerak tersebut mengungkapkan perasaan kesal, marahnya kepada Rahwana.
6.Trijata : pada tokoh trijata dominan menggunakan gerak metayungan, ulap – ulap, dan berjalan.
    Trijata merupakan raksasa yang mempunyai hati yang baik hati. Gerak metayungan dan ulap – ulap digunakan pada saat Trijata melihat Sita yang sedang bersedih. Gerak tersebut mengungkapkan perasaan sedih Trijata dan dia berusaha menghibur Sita.
7.Dayang – dayang : banyak menggunakan gerak nyeleog, ulap – ulap, berputar, ngegol, ngumbang, nyalud
    Dayang – dayang merupakan abdi di Alengka. Gerak – gerak tersebut di atas dipakai untuk mengungkapkan suasana/rasa gembira dan menghibur Sita yang sedang bersedih.
8.Rahwana : dominan menggunakan gerak nyogroh, berputar, nuding
    Rahwana merupakan Raja Alengka yang mempunyai karakter angkara murka. Gerak – gerak tersebut diatas mengungkapkan kewibawaan seorang raja yang gagah berani.
9.Raksasa: banyak terdapat gerak – gerak modern dan gerak – gerak improvisasi serta berputar.
    Gerak – gerak tersebut menggungkapkan perasaan senang, bahagia serta menjadi prajurit yang setia kepada rajanya.
10.Subali dan Sugriwa : lincah, dominan gerak melompat, berputar, dan loncat
    Gerak – gerak tersebut terdapat pada saat perkelahian Subali dan Sugriwa yang dimana digunakan untuk menggambarkan suasana tegang. gerak – gerak tersebut cocok dengan karakter Subali dan Sugriwa yang memang sangat enerjik.


                                                                             BAB III
                                                                          PENUTUP
Kesimpulan :
Sejak sekitar tahun 1960 para pencipta tari di Bali juga telah menghasilkan sejumlah Seni Drama Tari (Sendratari). Drama dan tari tidak dapat dipisahkan. Keduanya seperti dua warna permukaan daun sirih, sama-sama mengandung rasa dan aroma yang tidak berbeda. Sendratari pada hakekatnya adalah hasil kreativitas para seniman modern melalui pengolahan kembali elemen-elemen seni dan bentuk-bentuk kebudayaan yang sudah ada. Sendratari diatur sedemikian rupa hingga membentuk serangkaian tarian yang sesuai dengan cerita yang dibawakan.
Sendratari Ramayana merupakan Sendratari kedua yang diciptakannya oleh I Wayan Beratha  dan pertama kali dipentaskan pada tahun 1965 yaitu untuk memperingati hari ulang tahun ke V KOKAR Bali di Denpasar. Ada dua jenis sendratari Ramayana yaitu kecil dan besar yang pernah ada di Bali. Sendratari Ramayana kecil yang biasanya disebut “Ramayana Ballet” mempunyai durasi pentas sekitar satu jam dan dimainkan oleh antara 11 sampai 20 orang penari. Kisah yang dibawakan merupakan cuplikan dari bagian – bagian ceritra Ramayana yang tersebar di dalam 7 kanda, dimulai dari diculiknya Dewi Sita oleh Rahwana dan berakhir dengan gugurnya raja Alengka ini. Sendratari Ramayana besar yang biasa disebut sebagai sendratari Ramayana kolosal adalah yang berdurasi sekitar 2 – 3 jam dengan pendukung yang berjumlah ratusan orang, dengan melibatkan sedikitnya 2 buah barung gamelan. Sendratari ini biasanya difokuskan pada satu dari ketujuh kanda yang ada dalam kisah Ramayana.

                                                                      DAFTAR PUSTAKA

Dibia, I Wayan.  “Mengenal beberapa tari-tarian rakyat di Bali”. Proyek pengembangan Institut Kesenian Indonesia Jakarta Sub/bagian proyek ASTI Denpasar (Juli 1979): 6-11.

_____________. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 1999.

Rota, Ketut (dkk). “Penngantar Dasar Beberapa Tari Bali”. Proyek Akademi Kesenian Bali Denpasar. 1977

Ruastiti, Ni Made. “Seni Pertunjukan Pariwisata Bali Kemasan Baru Denpasar; Prespektif Kajian Budaya.” (Disertasi), Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar 2008.

http://potretbali.blogspot.com/2011/12/sendratari-ramayana.html
http://sejuk-pagi.blogspot.com/2009/04/sendratari-bali.html














Komentar

Postingan populer dari blog ini

tata lampu

Ragam Gerak Tari Pendet Pendek

Trunajaya